SPESIAL: Sepuluh Laga Terbaik Arsenal Kontra Manchester United Di Abad 21
Ya, sepanjang akhir abad 20 dua klub tersebut kerap bertempur memperebutkan silverware, dengan
The Gunners menyeruak sebagai penantang utama Red Devils besutan Sir Alex Ferguson semenjak kedatangan Arsene Wenger.
Beberapa laga epik antara kedua kubu tersaji pada tahun-tahun awal kekuasaan Wenger di London Utara sebelum rivalitas menjadi semakin sengit usai pergantian milenium.
Kendati level kepentingannya sedikit menurun dalam beberapa tahun terakhir lantaran Arsenal susah meraih trofi, duel ini tetap salah satu yang paling diantisipasi di EPL dan, tak seperti banyak bigmatch lainnya, jarang gagal memenuhi ekspektasi.
Jelang pertempuran Ahad esok di Emirates, GOAL.com mengajak Anda menengok kembali sepuluh laga terbaik Arsenal versus United sejak memasuki abad 21.
25 November 2001: Arsenal 3-1 Manchester United |
Salah satu titik terendah dalam karier Fabien Barthez bersama Man. United. Hingga kini pun kiper eksentrik Prancis itu mungkin belum dapat melupakan penampilan horornya di Highbury pada tahun 2001 ini.
Kala itu kedua tim tengah bersaing dalam balapan menuju titel dan laga ini termasuk penting meski masih di separuh awal musim. Sampai sepuluh menit terakhir, kedudukan imbang 1-1 setelah gol Fredrik Ljungberg melenyapkan keunggulan United lewat Paul Scholes.
Kemudian, sama sekali tak berada dalam tekanan, Barthez secara ceroboh melakukan sapuan yang justru mengarah ke Thierry Henry sehingga memudahkan kompatriotnya itu mencetak gol.
Serangan pun lantas digencarkan United demi mencari gol balasan. Namun, satu umpan jauh dari sisi The Gunners yang terlihat bakal gampang ditangkap justru lolos dari sergapan Barthez, dan Henry sekali lagi memaksimalkan blunder sang kiper tanpa kesulitan berarti.
Ekspresi kefrustrasian tak bisa disembunyikan Barthez, dan rekan-rekan setimnya pun seakan tak percaya dengan apa yang terjadi. Kemenangan comeback yang vital bagi Arsenal.
8 Mei 2002: Manchester United 0-1 Arsenal |
Masih di musim yang sama, kedua klub kembali bertemu jelang kompetisi berakhir, kali ini di Old Trafford, dengan Arsenal amat difavoritkan menyabet gelar yang musim sebelumnya menjadi milik United.
The Red Devils sendiri berhasrat mempertahankan keyakinan terhadap kans juara yang amat tipis, walau secara realistisnya hanya ingin mencegah sang rival terberat memastikan predikat kampiun di halaman rumah mereka.
Tetapi, menghadapi The Gunners yang sedang in-form, mengemas 11 kemenangan berurutan sebelum laga ini, United tak berdaya dan akhirnya menyerah 1-0 melalui gol Sylvain Wiltord.
Arsenal resmi meraih titel dan selebrasi mereka di Old Trafford merupakan malam tak terlupakan bagi para Gooners, sebaliknya membuat muak Mancunians, yang harus melihat tim kesayangan mereka finis ketiga di klasemen akhir serta nirgelar pada musim tersebut. Salah satu musim terburuk United di era Premier League.
16 April 2003: Arsenal 2-2 Manchester United |
Dengan liga tinggal menyisakan beberapa laga saja, Arsenal dan United sekali lagi bentrok dalam pertandingan yang dilabeli title-decider.
Sempat unggul delapan poin di puncak klasemen pada Maret, tepat sebelum gim ini digelar Arsenal justru berbalik tertinggal tiga angka. Meski begitu, karena punya simpanan satu laga dan selisih gol lebih bagus, saat itu mereka tetap sedikit lebih difavoritkan menjadi juara.
Duel klasik pun tergelar. Ruud van Nistelrooy mengantar United memimpin cepat dengan gol solo ciamiknya sebelum tuan rumah membalikkan kedudukan berkat sepasang gol Henry.
Hanya berselang semenit dari gol kedua Henry, tandukan Ryan Giggs menyamakan skor. Kartu merah kemudian muncul bagi Sol Campbell karena menyikut Ole Gunnar Solskjaer. Pertandingan berlangsung kian seru dan panas sampai akhir, namun skor 2-2 awet terjaga.
Selebrasi Ferguson dengan fans United selepas peluit panjang terdengar mengindikasikan keyakinannya bahwa satu poin dari laga ini cukup dalam perebutan gelar, dan ia benar. Hasil imbang Arsenal melawan Bolton di pekan berikut disusul kekalahan 3-2 dari Leeds United menghadirkan keuntungan bagi United, dan mereka tak menyia-nyiakannya sampai akhir.
21 September 2003: Manchester United 0-0 Arsenal |
Mungkin tampak aneh laga dengan skor kacamata bisa nongol dalam daftar ini sementara yang berakhir dengan 6-1 dan 4-0 agak ditepikan, tapi duel pada 2003/04 ini nyaris mengubah sejarah Liga Primer.
Perjumpaan pada fase awal musim yang mentas di Old Trafford ini berjalan keras dan diwarnai pengusiran Patrick Vieira karena berusaha menendang Ruud van Nistelrooy. Laga masih tanpa gol hingga Martin Keown menjatuhkan Diego Forlan dalam kotak terlarang di masainjury time. Penalti bagi United!
Catatan tak terkalahkan Arsenal sejak awal musim tampak bakal kandas, apalagi yang maju sebagai algojo adalah Van Nistelrooy yang terkenal piawai mengeksekusi penalti. Namun apa yang terjadi? Sepakan bomber Belanda itu membentur mistar!
Keown yang tampak murka kepada RvN -- mungkin karena insiden dengan Vieira -- sekaligus merayakan kegagalan penalti kemudian mengintimidasi sang striker. Para pemain kedua tim pun akhirnya terlibat kisruh di lapangan seusai laga.
Andai eksekusi Van Nistelrooy masuk, tentu tak akan ada The Invincibles Arsenal dalam sejarah. Pertemuan kedua klub sendiri tetap berjalan keras dan bertensi tinggi selama beberapa tahun berikut.
24 Oktober 2004: Manchester United 2-0 Arsenal |
Nyaris setahun kemudian, Arsenal kembali ke Old Trafford dengan rekor tak terkalahkan yang masih terjaga, mencapai 49 laga, dan angka 50 pun sudah membayang di pelupuk mata.
Hingga 20 menit tersisa, skor masih kacamata sampai akhirnya Wayne Rooney, berstatus rekrutan baru, tampak melakukan simulasi saat ditekel Campbell. Wasit Mike Riley secara kontroversial menunjuk titik putih. Van Nistelrooy sukses mengonversi penalti sekaligus menebus kesalahan musim sebelumnya.
Merasa bebannya terangkat, Ruutje merayakan golnya dengan sangat emosional di depan Stretford End. Rooney kemudian memastikan kemenangan dengan torehannya di menit-menit akhir menyusul sebuah situasi serangan balik.
Kendati tak terima dengan kekalahan dan melancarkan protes keras, rekor The Invincibles akhirnya terhenti, dan itu sekaligus menandai pudarnya dominasi mereka di persepakbolaan Inggris -- Arsenal hingga kini belum pernah lagi menjuarai liga.
1 Februari 2005: Arsenal 2-4 Manchester United |
Sebuah laga yang masuk daftar ini murni karena nilainya sebagai tontonan yang menghibur, bukan signifikansi atau tingkat kepentingan hasil akhirnya.
Dalam gim seru yang dihelat di Highbury ini, gol-gol Patrick Vieira dan Dennis Bergkamp yang mengapit torehan Ryan Giggs memberikan keunggulan 2-1 buat The Gunners pada babak pertama.
Comeback impresif ditampilkan United selepas turun minum. Cristiano Ronaldo menyuguhkan salah satu performa terbaik di awal karier bersama Iblis Merah dengan mengemas sepasang gol dalam tempo dua menit, tapi kartu merah Mikael Silvestre membuat laga kembali berjalan seimbang.
Walaupun demikian, United mampu memperlebar jarak dan memastikan kemenangan 4-2 melalui tendangan lob John O'Shea melewati Manuel Almunia.
Di akhir musim tak satu pun dari kedua klub yang finis di peringkat teratas. Musim tersebut adalah yang perdana dari kesuksesan beruntun Jose Mourinho mengarsiteki Chelsea ke tangga juara Premier League.
12 Mei 2005: Arsenal 0-0 Man Utd (Pen. 5-4) |
Kendati selalu takluk di dua pertemuan liga melawan United, Arsenal berhak tertawa paling akhir di musim 2004/05 dengan mencaplok trofi Piala FA setelah menumbangkan sang rival bebuyutan lewat adu penalti.
Pertandingan sendiri secara mengejutkan berlangsung timpang dengan kubu Sir Alex Ferguson mendominasi total dan jauh lebih banyak mengkreasikan kans bersih, namun tak satu pun yang bisa dimaksimalkan menjadi gol, dan itu harus dibayar mahal.
Setelah skor 0-0 tak juga berubah sampai 120 menit, kegagalan Paul Scholes dalam penalty shoot-out menjadi penentu hadirnya trofi buat Arsenal, yang seluruh eksekutornya sukses menunaikan tugas.
Adu penalti di final ini juga merupakan kali pertama di Piala FA sejak 1912 dan kejayaan kesepuluh Arsenal menjuarai ajang tertua di dunia tersebut. Kesuksesan terasa semakin manis karena memastikan The Red Devils menyudahi musim tanpa gelar.
21 Januari 2007: Arsenal 2-1 Manchester United |
Pertandingan di Emirates ini tampak bakal menjadi milik United setelah diving header Rooney membobol gawang tuan rumah di babak kedua terus bertahan sampai sepuluh menit terakhir.
Kontrol permainan pun dipegang kubu tamu dengan kerja sama Rooney, Henrik Larsson, dan Ronaldo acapkali merepotkan pertahanan Arsenal sementara lini belakang United sendiri sukar ditembus.
Namun, keputusan Wenger memasukkan Robin van Persie untuk membantu Emmanuel Adebayor dan Henry di garis depan terbukti tepat. Penyerang Belanda itu melesakkan gol penyama kedudukan tujuh menit jelang waktu normal habis.
Ketika United tampak sudah cukup puas dengan satu angka, crossing Emmanuel Eboue di periode injury time secara dramatis berhasil ditanduk Henry untuk mengubah skor menjadi 2-1! Gemuruh publik Emirates pun meledak menyambut kegemilangan The Gunners.
Hasil ini membuahkan kemenangan ganda bagi Arsenal atas United pada 2006/07, namun Red Devils tetap mampu menjadi kampiun di akhir musim dan merengkuh titel liga perdana setelah empat tahun.
5 Mei 2009: Arsenal 1-3 Manchester United |
United sukses mengakhiri impian Arsenal melangkah ke final Liga Champions 2008/09 pada malam yang masih disebut dengan 'Selasa Kelam' oleh sebagian Gooners ini.
Kemenangan pada leg pertama di Old Trafford -- meski tipis 1-0 -- membuat United menapaki laga sebagai favorit, tapi Arsenal tetap yakin bisa membalikkan defisit. Atmosfer positif pun amat terasa di Emirates jelang kick-off.
Namun optimisme itu hanya bertahan delapan menit. Terpelesetnya Kieran Gibbs membuat Park Ji-Sung dapat mencetak gol pembuka. Dua menit setelah itu tendangan bebas kencang Cristiano Ronaldo merobek jala Manuel Almunia secara virtual membunuh kans tuan rumah.
Sebuah counter-attack brilian yang kembali diselesaikan Ronaldo mengubah skor laga menjadi 3-0 dan 4-0 pada agregat. Satu-satunya poin negatif bagi United hanyalah diusirnya Darren Fletcher secara kontroversial setelah melanggar Cesc Fabregas di wilayah terlarang, yang berarti gelandang Skotlandia itu harus absen di final.
Di saat Robin van Persie sukses mencetak gol hiburan dari penalti tersebut, Emirates sudah dalam keadaan setengah kosong. United sendiri kemudian takluk 2-0 oleh Barcelona pada final di Roma.
28 Agustus 2011: Manchester United 8-2 Arsenal |
Arsenal yang masih limbung setelah melego dua bintang andalan, Cesc Fabregas ke Barcelona serta Samir Nasri ke Manchester City, harus bertandang ke Old Trafford di pekan ketiga Liga Primer 2011/12.
Cedera dan suspensi kian memperparah kondisi tim, tapi mereka tetap berharap dapat membukukan hasil positif guna mendongkrak kepercayaan diri setelah sebelumnya seri kontra Newcastle dan keok oleh Liverpool.
Namun, yang terjadi amat jauh dari ekspektasi suporter The Gunners. Peragaan permainan ofensif nan cepat memberikan keunggulan 3-1 bagi tuan rumah di babak pertama, kans emas Arsenal dari sepakan penalti Van Persie pun mentah oleh penyelamatan De Gea.
Situasi buruk berganti menjadi bencana bagi Arsenal di paruh kedua. Wayne Roooney memastikan hat-trick-nya, Ashley Young mencetak gol keduanya dan gol keenam sudah digelontorkan United sebelum kartu merah Carl Jenkinson membuat lubang di lini belakang kian menganga.
Ogah memberi ampun, United menambah dua gol lagi di menit-menit akhir dan mengunci kemenangan dengan skor sensasional 8-2.
Dengan jendela transfer musim panas hanya tersisa beberapa hari lagi, hasil ini -- kekalahan terparah klub dalam 116 tahun --- membuat Wenger tak punya pilihan kecuali menarik pemain anyar. Ia akhirnya mendatangkan empat wajah baru dan mulai meretas jalur kebangkitan setelah mimpi buruk di awal musim.
Pastinya Arsenal sangat termotivasi menuntaskan dendam pada Minggu nanti, dan semoga saja kembali tersaji pertandingan klasik yang pantas dicantumkan dalam daftar ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar